Indonesia Bangkit atau Indonesia Hebat?

Sleman, 5 Juli 2014, hari terakhir untuk kampanye Pilpres sebelum masa tenang. Ya, suhu politik Indonesia saat ini semakin panas menjelang 9 Juli nanti. Kedua kubu saling debat, mengkampanyekan bahwa Capres-Cawapres nya lah yang terbaik untuk masa kerja 5 tahun kedepan. Tak Peduli segala cara dihalalkan...bahkan fitnah sekalipun. Padahal kedua Capres-Cawapres sama-sama orang Muslim.Ya, peduli setan, yang penting rakyat terhasut dan percaya. Teman yang sudah berkawan lama, keluarga, sepasang kekasih yang berbeda pilihan pun sampai berkonflik. Tak jarang, teman berubah menjadi lawan sampai sepasang kekasih putus hubungan akibat berbeda pendapat. Rakyat Indonesia sedang pecah mungkin? Bisa jadi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ini adalah kali pertama Pemilu saya untuk memilih pemimpin Indonesia. Sempat absen saat Pileg kmaren karena saya telat ngurus A5 di Jogja dan kalopun ngurus, saya ga tau juga calon-calon wakil rakyat disini siapa saja yang punya integritas. Untuk partai? Saya males banget milihnya. Jujur, saya sudah muak dengan keadaan partai sekarang. Tapi setelah itu saya punya janji ke diri sendiri untuk memilih di Pilpres 9 Juli nanti..."kalau" Jokowi jadi Capres. Akhirnya benar, Jokowi menjadi Capres. Yasudah, berarti saya harus merealisasikan janji saya. Pertanyaannya kenapa Jokowi?

Saya bukan kader atau simpatisan atau anggota organisasi sayap PDIP atau partai manapun. Seperti yang sudah saya bilang sebelumnya saya aja males pilih partai. Kepentingan partai pun saya engga punya, yang saya punya cuma kepentingan untuk saya, sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Memilih Jokowi murni dari keinginan hati sendiri, setelah melihat dan membaca sana-sini, tidak hanya sekedar mendengar apalagi mendengar "katanya". Saya bukan orang Solo, dikatakan orang Jakarta juga bukan, tapi saya merasakan dampak kebijakan beliau saat sedang menjabat sebagai Gubernur DKI. Kebijakan yang mana? Pasar Tanah Abang. Dari dulu, sejak saya SMP (atau mungkin malah SD, saya lupa) saya sering menemani Ibu saya berbelanja di Pasar Tanah Abang, dari sebelum Pasar Tanah Abang sebagus dan seadem sekarang. Sejujurnya saya paling malas menemani Ibu saya berbelanja kesana. Alasan klise: macet banget padahal tinggal sejengkal lagi sampe! Penyebabnya adalah PKL-PKL yang memenuhi badan jalan di sekitaran Pasar Tanah Abang sehingga membuat macet. Tetapi pada akhirnya duet Jokowi-Ahok berhasil memindahkan PKL-PKL tersebut ke Blok G dan keduanya punya "nyali" dan keseriusan memberantas "mafia dan preman" Tanah Abang. Setelah di rekolasi ke Blok G, kebetulan saya pulang ke rumah (yang pastnya sebelum pencapresan ini di mulai) dan lagi-lagi Ibu saya mengajak saya ke Pasar Tanah Abang. Ternyata benar, ketika melewati jalanan di Pasar Tanah Abang yang selama ini macet, sekarang engga macet lagi. Saya bilang "gila nih orang, berhasil ngebuat Tanah Abang ga macet lagi". Itulah salah satu contoh kecil yang saya rasakan dari kebijakan beliau. Dari sisi ini lah saya memberikan penilaian plus untuk beliau.

Saat masa-masa koalisi mulai dibentuk kedua kubu, saya agak was-was. Ya semoga Capres yang saya harapkan engga se koalisi dengan orang-orang yang selama ini bermasalah. Akhirnya koalisi dan Tim Pemenangan pun diumumkan. Alhamdulillah, setidaknya orang-orang bermasalah di kubu Capres yang saya jagokan lebih sedikit daripada kubu satunya. Melihat dari isi koalisi penting buat saya, karena ini sebagai penilaian juga dalam memilih Presiden nantinya. Percayalah, sehebat-hebatnya Soekarno dalam memimpin Indonesia kala itu, tidak bisa lepas dari orang-orang yang mendukungnya dibelakangnya. Saya ambil kesimpulan, Indonesia tidak bisa di urus dengan satu orang saja, tapi bersama-sama. Melihat beberapa nama di dalam koalisi tersebut...Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Ganjar Pranowo membuat saya semakin mantap untuk memilih beliau. Saya bilang, dalam koalisinya banyak orang-orang baik, orang-orang yang bermasalah pun juga ada, tapi ya dari apa yang diberitakan selama ini lebih banyak orang-orang bermasalah di kubu satunya. Saya percaya, orang-orang tersebut nantinya akan memberikan pengaruh bahkan bisa jadi membantu sang Capres ketika terpilih. Oleh karena itu, penting bagi saya untuk melihat orang-orang dalam koalisinya. Nilai plus lagi saya berikan.

Kemudian di saat-saat masa kampanye. Saya lihat lagi dari sisi cara mengkampanyekan diri masing-masing bagaimana. Apresiasi untuk Capres yang saya jagokan, kubunya dan relawannya sangat kreatif, mulai dari lagu Rap, Jazz, Dangdut juga ada, kebanyakan lagu itu juga diciptakan oleh musisi-musisi tersebut. Kemudian kartun-kartun dan gambaran visual untuk menggambarkan visi-misi calon tersebut, membuat semakin menarik Capres ini. Meskipun banyak dilanda isu fitnah, mulai dari Tionghoa (karena Jokowi sipit. bahkan saya juga sipit tapi engga ada keturunan Tionghoa tuh), Kristen, Capres Boneka, hingga baru-baru ini Komunis (karena Revolusi Mental yang beliau ungkapkan ketika debat), saya tidak langsung percaya. Saya cari kebenarannya dari berbagai sumber. Ya pada akhirnya saya bilang itu fitnah karena tidak terbukti. Ini baru yang namanya kampanye hitam...karena selama ini orang-orang kadang salah kaprah, fakta dikatakan kampanye hitam. Jadi fakta dan fitnah itu disamakan kedudukannya. Saya punya pandangan, kalau dari berkampanye saja tidak bagus, bagaimana nantinya setelah menjadi Presiden? Dari sisi cara berkampanye ini saya berikan nilai plus lagi karena cara dan ke kreatifan Tim dan relawannya.

Terakhir, sebelum acara Capres-Capresan ini digelar, saya selalu gemas dengan kasus-kasus korupsi dan kelakuan pejabat publik dan wakil-wakil rakyat yang "seenak jidat" tidak melaksanakan tugas dengan sebagai mana mestinya. Lalu saya berfikir, apa yang menjadi urgensi bangsa Indonesia saat ini? bukan SDA, bukan kesejahteraan, bukan ekonomi, tapi kualitas SDM. Mental SDM bangsa ini perlu diperbaiki. Pintar saja ga cukup kalau mental masih mental tempe. Indonesia tidak pernah bisa menjadi bangsa yang maju apabila kualitas SDM yaitu mentalnya tidak diperbaiki. Eksesnya ya itu, pejabat mulai dari pejabat desa sampai pejabat teras engga malu-malu lagi untuk korupsi berjamaah, itu akibat krisis mental dari bangsa ini. Hingga, saat debat lalu Capres jagoan saya sepemikiran dengan saya, mental bangsa ini harus diperbaiki! Tagline "Revolusi Mental" yang diusungnya semakin eksis, yang saya berharap semakin eksis nya tagline ini, rakyat paham dan mengaplikasikannya ke diri sendiri, termasuk saya juga. Saya percaya, ketika mental ini sudah diperbaiki, Indonesia bisa menjadi negara yang maju bahkan sangat disegani oleh negara-negara lain, contohnya Jepang. Lagi-lagi saya memberikan nilai plus untuk kesamaan pemikiran saya dengan beliau.

Dari semua alasan itu, buat saya yang sudah capek dengan pemerintah saat ini, saya merasa Capres jagoan saya, Jokowi lebih baik.Ya tentunya setelah saya melihat dari berbagai sisi dan saya melihat visi misi nya terasa lebih konkrit. Memang sih tidak dapat dipungkiri keduanya pasti ada kelebihan dan kekurangan, tetapi pilihan hati harus ditetapkan.Yang pastinya, dikemudian hari tagline "Indonesia Bangkit dan Indonesia Hebat" akan bergabung menjadi satu menjadi Indonesia Bangkit menuju Indonesia Hebat, dan jangan lupakan Persatuan Indonesia :)

#postingansotoymahasiswa

No comments:

Post a Comment